Strukturalisme dan penelitian Levi strauss
Secara umum, istilah strukturalisme banyak dikenal dalam Filsafat Sosial. Filsafat Eropa modern sering menyebut bahwa strukturalisme adalah sebuah fenomena sosial. Lebih lanjut dikatakan bahwa fenomena itu tidak peduli seberapa dangkal beragam wujudnya. Secara singkat, strukturalisme adalah fenomena social yang secara internal dihubungkan dan diatur sesuai dengan beberapa pola yang tidak disadari. Hubungan-hubungan internal dan pola merupakan struktur, dan mengungkap struktur-struktur ini adalah objek studi manusia. Pada umumnya, sebuah struktur bersifat utuh, transformasional, dan meregulasi diri sendiri (self-regulatory). Strukturalisme adalah metodologi yang menekankan struktur daripada substansi dan hubungan daripada hal. Hal ini menyatakan bahwa sesuatu selalu keluar hanya sebagai elemen dari penanda suatu sistem.
Metodologi Struktural sesungguhnya berasal dari struktural linguistik dari Saussure, yang menggambarkan bahwa bahasa sebagai sebuah tanda dari aturan sistem sosial. Baru pada tahun 1940, ia mengusulkan bahwa fokus yang tepat penyelidikan antropologi berada di mendasari pola-pola pemikiran manusia yang menghasilkan kategori budaya yang mengatur pandangan dunia sampai sekarang dipelajari. Kemudian pada tahun 1960, Claude Levi-Strauss melanjutkan metodologi ini, tidak hanya untuk antropologi (strukturalisme antropologi) tetapi, memang, untuk penanda semua sistem. Namum memang Levi-Strausslah pada umumnya yang dianggap sebagai pendiri strukturalisme modern. Melalui karyanya, strukturalisme menjadi tren intelektual utama di Eropa Barat, khususnya Perancis, dan sangat mempengaruhi studi tentang ilmu-ilmu manusia.
Pada tahun 1972, Levi-Strauss mengeluarkan bukunya yang berjudul Strukturalisme dan Ekologi menjelaskan secara rinci rincian prinsip dari apa yang akan menjadi antropologi struktural. Di dalamnya, ia mengusulkan bahwa budaya, seperti bahasa, terdiri dari aturan tersembunyi yang mengatur perilaku praktisi. Apa yang membuat budaya yang unik dan berbeda dari satu sama lain adalah aturan tersembunyi bagi pemahaman anggota tetapi tidak dapat mengartikulasikan, dengan demikian, tujuan antropologi struktural adalah untuk mengidentifikasi aturan-aturan ini. Dia mempertahankan budaya yang adalah proses dialektika: tesis, antitesis, dan sintesis.
Ahli antropologi mungkin menemukan proses berpikir yang mendasari perilaku manusia dengan memeriksa hal-hal seperti kekerabatan, mitos, dan bahasa. Lebih lanjut, bahwa ada realitas tersembunyi di balik semua ekspresi budaya. Selanjutnya strukturalis bertujuan untuk memahami makna yang mendasari pemikiran manusia yang terungkap melalui aktivitas budaya. Pada dasarnya, unsur-unsur budaya yang tidak jelas dalam dan dari dirinya sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem yang berarti. Sebagai model analitis, strukturalisme menganggap universalitas proses pemikiran manusia dalam upaya untuk menjelaskan “struktur dalam” atau makna yang mendasari yang ada dalam fenomena budaya.
0 Comments