Paradigma dan antropologi tentu sudah tidak terlalu asing tentang kedua suku kata ini, nah penulis akan membahas definisi dari kedua kata tersebut, yang pertama yaitu apa itu paradigma?, Dalam bahasa sederhana paradigma adalah cara pandang, pola pikir, cara berpikir. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Paradigma diartikan sebagai kerangka berpikir. Paradigma akan memengaruhi cara pandang dalam melihat realitas dan bagaimana cara menyikapinya, sedangkan di dalam ilmu antropologi secara gamblang di jelaskan bahwa antropologi adalah ilmu Yang mengkaji tentang manusia khususnya kebudayaan.
Di dalam pembahasan tentang bagaimana paradigma antropologi,untuk mendapatkan satu pemahaman yang bersifat ilmiah maka yang Pertama, mengonstruksi paradigma yang bermakna dan produktif yang mampu menjelaskan fenomena manusia yang signifikan. Kedua, mempertajam paradigma tersebut dengan kritis dan komparatif. Perbandingan paradigma-paradigma tidak mendorong kita untuk memilih paradigma.
Evolusionisme klasik paradigma ini berupaya menelusuri perkembangan kebudayaan sejak yang paling awal, asal usul primitf, hingga yang paling mutakhir, bentuk yang paling kompleks.
Difusionisme paradigma ini berupaya menjelaskan kesamaan-kesamaan antar kebudayaan. Kesamaan tersebut terjadi karena adanya kontak-kontak kebudayaan.
Partikularisme paradigma ini memusatkan perhatian pada pengumpulan data etnogafi dan deskipsi mengenai kebudayaan tertentu.
Struktural-Fungsionalisme paradigma ini berasumsi bahwa komponen-komponen system sosial, seperti halnya bagian-bagian tubuh suatu organism, befungsi memelihara integritas dan stabilitas keseluruhan sisitem
Antropologi Pisikologi mengekspresikan dirinya kedalam tiga hal besar : hubungan antara kebudayaan manusia dan hakikat manusia, hubungan antara kebudayaan dan individu, dan hubungan antara kebudayaan dan kepribadian khas masyarakat.
Strukturalisme adalah strategi penelitian untuk mengungkapkan struktur pikiran manusia-yakni, struktur dari proses pikiran manusia yang oleh kaum struktural dipandang sama secara lintas budaya.
Materalisme Dialektik paradigma ini berupaya menjelaskan alasan-alasan terjadinya perubahan dan perkembangan sistem sosial budaya.
Cultural Materialisme paradigma ini berupaya menjelaskan sebab-sebab kesamaan dan pebedaan sosial budaya.
Etnosains paadigma ini juga disebut “etnografi bau”. Perspektif teoritis mendasar dari paradigma tersebut terkandung dalam konsep analisis kompensional, yang menyatakan komponen kategori-kategori kebudayaan dapat dianalisis dalam konteksnya sendiri untuk melihat bagaimana kebudayaan menstrukturkan lapangan kognisis.
Antropologi Simbolik paradigma ini dibangun atas dasar bahwa manusia adalah hewan pencari makna, dan berupaya mengungkapkan cara-cara simbolik di mana manusia secara individual, dan kelompok-kelompok kebudayaan dari manusia, memberikan makna kepada kehidupannya.
Sosiobilogi paradigma ini berusaha menerapkan prinsip-prinsip evolosi biologi terhadap fenomena sosial dan menggunakan pendekatan dan program genetika untuk meneliti banyak prilaku kebudayaan.
Dari beberapa teori tadi yang dijelaskan meskipun secara singkat tapi penulis berharap pembaca dapat memberi tanggapan terhadap tulisan yupiter.com agar kami dapat menjelaskan secara lebih lanjut pembahasan tentang bagaimana paradigma antropologi ini. Salam yupiter.com
0 Comments